Saturday, January 08, 2011

kepada: anda yang terhormat

kepada
yang terhormat,

selamat malam.. apa kabarnya..? sepertinya sudah lama sekali tidak menyurati anda.. walaupun saya mengerti surat ini kecil kemungkinannya untuk anda baca.. tapi saya senang mengetik surat ini.. ya, memang saya terlalu picik untuk tidak secara langsung menyapa anda.. hanya dari sini saya bisa menyapa anda.. mari kita bayangkan ini sebagai surat terbuka.. dan karena ini surat terbuka dan miliaran pengguna internet bisa membacanya, hal-hal pribadi akan dikesampingkan.. tapi bukan berarti ini bukan pribadi, ini pun surat pribadi, hanya saja saya mempersilahkan pengguna lain untuk membacanya..

malam ini hujan membasahi kota bagian Jakarta. apakah di sana juga demikian..? apakah hujan menyelimuti kegiatan anda di sana? apa yang anda sedang kerjakan? kalau boleh jujur, saya merindukan tempat anda, hanya saja, saya terlalu picik untuk membatasi langkah saya ke tempat di mana anda berada.. saya selalu rindu setiap sudut tempat anda.. lampu-lampu kuning yang selalu hangat menyapa dan memberikan kesan kesedihan masa lampau. tumpukan buku-buku kebanggaan anda, barang-barang berumur yang anda simpan rapih di lemari cokelat tua seakan juga merasakan seperti apa masa lampau itu. sofa tempat di mana kita sering bersenda gurau melewati malam.. makanan kaleng yang perlahan menjadi favorit saya semenjak anda kenalkan.. kasihan populasi ikan tuna jika saya lama bersama anda.. kemanakah sang telor? kemanakah sang sayur? selama bersama anda, kehadiran mereka selalu dibayar dengan perjalanan.. dikala hujan seperti malam ini, kadang kita berargumen haruskah melakukan perjalanan ke kota? dan anda tidak pernah menang, karena saya mengerti, anda menyayangi saya dan tidak akan pernah ingin melihat saya merasa tidak bahagia di sebelah anda.. Adzan berkumandang, anda tidak pernah sedetikpun lupa untuk meminta saya menjalankan kewajiban saya dalam memeluk Agama ini. jika waktu diputar, mungkin saya akan melihat hari di mana anda mengajarkan saya bagaimana membacakan tahiyat akhir.. bagaimana saya selalu tertawa saat itu, laiknya anak kecil yang berlomba meneriakkan kata amin pada sholat Jum'at tanpa mengerti apa yang sebenarnya dibacakan. masih jernih ingatan saya, hari di mana anda menceritakan impian anda mengenai sebuah ruangan yang anda buat untuk saya dan mengimbuhkan kata "suatu hari pada saat kita bersama lagi". ruangan itu disiapkan penuh cinta, saya tahu.. tapi apadaya, kita sudah berjalan terlampau jauh meninggalkan harapan itu.. ruangan itu sudah berpenghuni, bukan manusia sayangnya, melainkan debu-debu kotor yang menempel tiap meter ruangan itu.

malam ini gelap.. bersamaan dengan surat ini, sebuah disfungsional elektrik terjadi.. gelap di sini.. apakah di tempat anda juga demikian? apakah cahaya kuning masih bertahan dalam memberikan kehangatannya? apakah cahaya itu mati bersama ikan-ikan tuna yang dikalengkan?

gelap.. bagaimana dengan tidur anda malam ini? anda tidak mengijinkan cahaya masuk ke ruangan pada saat waktu istirahat tiba.. itu yang saya ingat.. apakah hari ini berbeda?

dingin.. bagaimana tidur anda malam ini? kedinginian artifisial ini tidak pernah saya dapatkan di tempat anda.. apakah anda membenci keadaan artifisial ini? tapi bersama anda, hembusan angin alam yang merangsek masuk melalui celah-celah jendela berubah menjadi kehangatan yang nyaman..

kala Adzan Subuh telah dikumandangkan muadzin, lagi-lagi anda mengingatkan saya untuk segera meraih air wudhu.. dingin.. lagi-lagi dingin berhasil menyerang ruangan itu.. air yang menempel di kulit menusuk kesadaran untuk segera beribadah kepada sang pencipta..

fajar menyingsing bukan sebuah hal yang luar biasa, tapi menjadi sebuah hal yang disyukuri. lagi-lagi keluarga tuna kehilangan sanak familinya.. kali ini mereka tidak sendiri, keluarga sapi pun harus merelakan keluarganya berubah menjadi gumpalan daging. salahkan orang-orang kaukasoid, mereka yang memiliki ide untuk membuat sebuah makanan bernama sosis.

pagi anda selalu dihiasi dengan ratusan ribu kata yang tercetak dalam pohon yang telah disulap menjadi lembaran. tidak membiarkan satupun terlewat.. anda adalah seorang penggores berita pada jamannya. jauh sebelum anda mengenal saya dan saya mengetahui anda. tapi dari situlah hidup anda bermula, dari situlah darah itu mengalir.. mereka mengajari saya untuk menggoreskan sebuah berita di tempat saya menimba ilmu.. saya lakukan ini atas jawaban aliran darah anda..

kini, apa yang terjadi? anda membuat saya semakin picik saat mengetahui album biru. mungkin saya tidak perlu marah kepada anda, namun perasaan tidak bisa berbohong, kecewa adalah jawaban saya dari apa yang saya lihat di album biru itu.. namun kadang orang berkata, "biarlah kenangan tetap di tempatnya, tapi jangan sekali-sekali membawa kenangan itu di kantong anda saat melangkah maju. hal itu akan membuat manusia seakan melangkah maju". saat ini, kantong saya masih penuh akan kenangan itu.. kenangan tentang anda.. itulah yang menjadi alasan saya semu berjalan. bagaimana cara saya menghapus itu? omongan terkadang sukar disatukan dengan kenyataan.. tapi saya tidak mengatakan bahwa saya berhenti dalam mencoba..

tidak ada waktu tanpa saya mengingat anda.. sampai pada hari ini, suguhan egois dari kotak pembodohan berhasil menggambarkan situasi yang nyaris sama dengan cerita kita.. saya tidak berani mengatakan suguhan kali ini bodoh.. cerdas sekali seperti wayang jawa yang sekarang sudah hilang karena kotak itu. tampaknya gambar yang disuguhkan berhasil meruntuhkan pertahanan ego saya.. entah sudah kali ke berapa saya menghamburkan air mata atas keadaan ini.. tapi hanya inilah saat ini yang bisa saya lakukan.. pengecut? ya, untuk saat ini saya menjadi seorang yang pengecut.. picik? ya, untuk saat ini saya menjadi seorang yang picik.. tapi saya berjanji pada diri saya, kelak suatu hari, sesuatu akan berubah.. walaupun tidak akan merubah apapun, tapi saya akan selalu menjaga anda di hati saya hingga kapanpun... dan tiba suatu hari nanti, saya akan memeluk anda dengan erat seperti terakhir kali kita bertemu.. kita akan bersenda gurau lagi, mungkin tidak di sofa itu, tapi siapa peduli? di manapun, kapanpun, bagaimanapun, hal termudah yang saya ingat adalah.. bagaimana anda tertawa bersama saya, pada malam itu..

pada akhirnya,

saya sangat merindukan anda, papa..

No comments: